Minggu, 29 Maret 2009

labirin


PIALA HATI

Gadis tiba di sekolah, suasana sekolah masih sepi, apalagi kelasnya. Hanya tampak lima orang teman sekelasnya yang baru datang.
“Eh, apaan nih!” diraihnya sebuah surat dari dalam laci meja, surat bersampul merah hati itu menaburkan aroma wangi. “Dear Gadis”, tulisan kecil imut tertulis di sampul depan. Dengan penasaran surat tanpa nama pengirim itu dibukanya.
“Gadis, putihnya kulitmu seputih hatimu, adakah awan kelabu ini dapat bersanding disisimu”. Isinya singkat dan padat.
“Wah, nih anak nggak kreatif banget, asli nyontek iklan!”
Gadis telah berniat meremas-remas surat dalam genggamannya dan menjadikan penghuni baru tong sampah. Tapi, eit...tunggu dulu, Fahmi Aditya, nama itu tertulis terang di bawah surat yang kekurangan ide kata itu.
“Oh...my God! Inikan dari Kak Fahmy” pekik Gadis tak percaya. Gadis mendekatkan surat ke wajahnya, dibacanya kembali nama si pengirim surat. Memang benar dari dia, kakak kelas Gadis yang ketua osis, yang cakepnya bikin kelenger cewek-cewek seantreo sekolah, yang gayanya keren abis, jago cas...cis...cus...bahasa Inggris. Udah gitu vokalis band sekolah, yang...yang...,pokoknya banyak deh predikat untuk kakak satu ini. Ringkasnya Kak Fahmi To O Pe banget! Gadis mengucek-ngucek matanya tetap tak percaya, tapi nama si pengirim surat itu tidak berubah. Tetap saja Fahmi Aditya.
“Nggak salah nih, kok bisa?”, akhirnya hanya kata itu yang bisa keluar dari bibir mungilnya.
Pulang sekolah, Gadis berjalan dengan santainya, “ Oow...oow, bukannya itu Kak Fahmy, ngumpet ah!” belum sempat dirinya ngacir bersembunyi, Fahmi sudah memanggilnya.
“Gadis, tunggu!” Fahmy berlari-lari kecil menghampiri Gadis
“Sudah baca suratku, gimana Dis?”
“Surat yang mana? Oh...yang sampul pink itu, dari kakak yah? Duh, maaf kak Gadis belum baca, emang isinya apaan?” Gadis sok pensaran
“Ya...udah baca aja dulu, aku tunggu jawabannya ya!”
***
Minggu yang cerah, Gadis dikagetkan bunyi bel nyaring dan panjang. Ia sedang menonton kartun Inuyasha, kesukaannya. Dengan malas, Gadis membuka pintu. Seorang lelaki agak tua tersenyum ramah
“Betul disini rumah Gadis” tanyanya sopan
“Iya, saya sendiri”
Lelaki itu lalu memberikan buket bunga mawar merah, cantik sekali, wanginya membuat Gadis segera mencium rangkaian mawar itu. Gadis senang, seumur-umur baru kali ini diberi bunga. Tapi siapa lelaki tua yang memberinya bunga, kenal aja nggak. Jangan-jangan nih bapak, om-om genit. Hii!
“Saya hanya mengantar bunga ini. Tolong tanda tangani disini, sebagai bukti telah menerima” bapak tadi seolah mengetahui yang dipikirkan Gadis, jadi malu. Gadis beristigfar berulang-ulang karena telah bersuuzhon.
”Terima kasih, Pak” kata Gadis sebelum bapak itu berlalu.
Hai, ada kartu kecil warna biru laut, segera dibukanya.
“Met ULTAH, semoga panjang umur. Gadis, aku mau kamu tahu kalau diam-diam aku telah jatuh cinta sama kamu.”
“Haa...!” Gadis membelalakkan mata, demi membaca tulisan dari kartu tersebut.
“Apa-apaan nih, semua kok pada nembak” lirih hatinya mashgul.
Di sebelah kartu itu terdiri larik-larik puisi manis, sang penyair dadakan itu lumayan puitis. Dan Gadis lebih terbelalak lagi ketika menemukan nama si pengirim bunga plus puisinya, Doni! Cowok tercuek dikelasnya, yang katanya hatinya sedingin es untuk cewek.
Aduh…hari minggu yang cerah, Gadis malah bingung sendiri. Dalam 3 hari ditembak dua cowok. Apa nggak salah!. Memang sih, bukan maksud memuji diri sendiri, kata teman-teman dia cantik ditambah otaknya lumayan encer, tapi ditembak dua cowok sekaligus tidak pernah terbayang betapa ribetnya.
***
“Dis, aku mau ngomong penting nih, ada waktu nggak sekarang?” Andre mendekati Gadis usai bel tanda pulang berbunyi.
“Hal penting apaan sih! tapi cepat ya, soalnya takut jemputanku datang”
“Sebentar saja sepuluh menit. Ke kantin yuk!”
“Asyik…mau mentraktir nih. Wah, kalo gitu 30 menit juga boleh” ujar Gadis bercanda. Teman-teman se-gang Andre berdehem-dehem ria, pada TBC kali!
“Dis…” wajah intelek di depannya kok jadi gugup gitu.
“Kamu jangan marah ya, kalo aku…” kembali Andre memutuskan kalimatnya
Memang Andre salah apa? atau jangan-jangan dia yang pernah menaruh permen karet di bangkuku, hingga aku harus beli rok baru, atau dia yang diam-diam menyimpan kodok dalam tasku dua bulan yang lalu. Gadis main tebak-tebakan sendiri.
Andre memperbaiki duduknya, ditatapnya Gadis dengan mantap, Gadis jadi salah tingkah.
“Gadis, aku sayang kamu, suerrr disambar gledek…jangan marah ya”
Gadis diam bergeming. dia jadi benar-benar salah tingkah. Mau tersenyum salah, mau berdiri salah, mau nyanyi lebih salah lagi, pokoknya salah tingkah!
“Dis, aku mau dengar jawaban kamu”
“Andre, tolong kasih aku waktu buat mikir dulu!”
“Aku akan tunggu kamu sampai kapanpun, sampai bumi terbelah dua sekalipun!” Ceile…si Andre jadi puitis banget, atau malah norak banget ya!
Terus terang, Gadis simpatik pada Andre. Orang yang pertama kali membuat hatinya dak…dik…duk…bak beduk dipukul itu adalah sosok Andre. Andre tipe dia banget, intelek, berwawasan luas, bintang sekolah, berpandangan jauh kedepan, baik hati dan tidak sombong. Kalau kemudian Andre katakan cinta, bagai mendapat durian runtuh buat gadis, asal jangan nimpuk pas kepala aja! Bisa berdarah-darah tuh!
***
Seminggu ini, Gadis resah dan gelisah bila menuju sekolah. Masalahnya ketiga cowok keren itu pada memburu Gadis minta jawaban, untungnya bukan minta duit. Gadis jadi nggak tenang melangkah di setiap sudut sekolah. Ketiga cowok itu bak rentenir yang mengejar-ngejar minta melunasi utang dengan segera.
Minggu ini dia harus menentukan pilihan! Aduh… bingung, Gadis harus pilih yang mana. Pilih ketiga-tiganya tapi Gadis nggak mau dicap play girl’s. Kalau begini caranya, mesti shalat istikharah nih. Waduh! ada-ada saja si Gadis, masalah gini kok harus dibawa-bawa ke istikharah segala.
***

0 komentar:

Posting Komentar