Rabu, 14 Oktober 2009

sepatah kata


Tak banyak yang dapat terucap menyelami makna patahnya sayap BEE. Mungkin kebersamaan mulai retak walau tak ingin. jarak mengapa ia kembali mengguncang pilar sukses yang sudah terpancang? Luka itu pasti akan terobati. dan BEE bisa kembali ceria dan menebar kata penyejuk untuk belajar mengubah dunia. AMIN

[+/-] Selengkapnya...

Minggu, 29 Maret 2009

romantisme bulan februari


ROMANTISME BULAN FEBRUARI
Apa yang terlintas dipikiran kamu saat mendengar “Februari”? Banyak opini akan hadir saat mendengar kata tersebut karena memang banyak hal yang menandai Februari. Mungkin akan ada yang menjawab bulan kedua Masehi, mungkin juga ada yang mengatakan bulan dengan 28 hari atau bahkan menjawab bulan romantis atau penuh cinta karena moment valentine di dalamnya.
Februari memang beda dari bulan lainnya terutama karena ada “valentine” yang ditunggu-tunggu oleh muda-mudi terutama bagi mereka yang sedang tumbuh benih cinta dan berbunganya sang kasih sayang dalam hatinya.
Februari jadi istimewa dan penuh cinta lantaran kehadiran Valentine’s Day (VD) yang jatuh pada tanggal 14-nya. Tidak heran kalau jutaan remaja di seluruh dunia tak sabar menantinya. Lantaran VD ini membebaskan mereka dalam menunjukkan kasih sayang pada pacar alias kekasih gelapnya. Nah lho, kekasih gelapnya Ungu ya? Ya iyalah, soalnya kan kebanyakan mereka belum pada nikah. Hubungan resmi laki-perempuan kan melalui ikatan pernikahan, bukan pacaran. Betul?
Valentine dengan segala keindahan yang ditawarkan selalu menghadirkan wajah ceria untuk para pemuja cinta. Atas nama cinta, valentine hadir mengukuhkan perjalanan cinta sepasang kekasih walau kadang diiringi tangis membiaskan sejuta makna yang sulit untuk dipahami. Tapi valentine tetaplah moment paling dinantikan oleh muda-mudi seluruh dunia.
Menjelang hari Valentine, banyak remaja sibuk mencari kado spesial sebagai tanda cinta bagi sang kekasih. Di balik kegembiraan anak muda merayakan VD ternyata tersembunyi bahaya besar yang mengintai aktivisnya. Mulai dari penularan HIV/AIDS hingga kehamilan tak dikehendaki. Waduh!
Berbicara mengenai valentine tentu tersirat makna besar didalamnya sehingga ia menjadi moment paling dirindukan. Berdasarkan observasi oleh redaksi “Bee” terhadap beberapa remaja pekan lalu, kami mendapatkan informasi bahwa valentine sebagai hari istimewa bagi pasangan kekasih karena VD menciptakan nuansa romantis yang beda dari hari lainnya. Pada hari itu mereka bisa saling membuktikan kekuatan cinta dengan jalan-jalan berdua, tukar kado, dan hal-hal romantis lainnya. Tapi banyak juga lho remaja yang menganggap VD tidak perlu dirayain karena setiap hari seharusnya selalu penuh kasih sayang.
Valentine’s day memang fenomenal. Tapi benarkah di hari valentine, kasih sayang meliputi jiwa muda-mudi kita? Benarkah valentine adalah mozaik terindah diantara pecahan mozaik hari yang lain? Biarlah pertanyaan itu dijawab oleh Februari yang telah berani menampung valentine dalam dawai waktunya.
* Ani Dzakiyah

[+/-] Selengkapnya...

poezy



Siratan Cinta
Ya Allah.....
Penawar kala ku tak wajar
Ku basahkan lidah ini
Dengan lafadz kerinduanku
Palinglah mujarab
Di banding obat sang apoteker
Ya Mumith.....
Keheningan di pembaringan koma
Ku mengingat Mu dalam ketakutan
Sakaratul maut enggan mendekat
Ampunanmu adalah asa
Di banding parenteral dokter ahli
Ya hafidz.....
Sentuhan dalam rintihan
Kubalut luka ini
Dalam naungan kasih sayang Mu
Betapa menenangkan
Di banding rangkulan usapan perawat
Ya Muhyi.....
Pelita kegelapan di kalbu
Lail mengharap cahayamu
Menyinari gelapnya penjuru
Sangatlah terang
Dibanding energi buatan elektrikal
Ya Malik Al-Mulk.....
Naungan terik dan kucuran hujan
Ku bangun benteng keimanan
Pelindung raga, pembersih sukma
Begitu kokoh
Di banding gedung buatan arsitek
Ya Jalil.....
Telah Engkau miliki semuanya
Cinta yang abstrak
Yang sempurna
Hingga tak ada bimbang
Akan kemana dalam keraguan




RAYUAN DI SIMPANG JALAN
Ani Dzakiyah
Gelora itu mengusik mozaik waktu
Bergemuruh mengajakku lewati titian itu
Persimpangan yang hangatkan kalbu

Harmoni deru oto melambungkan asa
Mengemasi sekeping rasa yang tersisa
Kembali melirik cinta yang telah usang

Ah…rayuan di simpang jalan
Membelai rintihan sayang
Bagai alang-alang

Tangkuru,18 januari 2009

[+/-] Selengkapnya...

labirin


PIALA HATI

Gadis tiba di sekolah, suasana sekolah masih sepi, apalagi kelasnya. Hanya tampak lima orang teman sekelasnya yang baru datang.
“Eh, apaan nih!” diraihnya sebuah surat dari dalam laci meja, surat bersampul merah hati itu menaburkan aroma wangi. “Dear Gadis”, tulisan kecil imut tertulis di sampul depan. Dengan penasaran surat tanpa nama pengirim itu dibukanya.
“Gadis, putihnya kulitmu seputih hatimu, adakah awan kelabu ini dapat bersanding disisimu”. Isinya singkat dan padat.
“Wah, nih anak nggak kreatif banget, asli nyontek iklan!”
Gadis telah berniat meremas-remas surat dalam genggamannya dan menjadikan penghuni baru tong sampah. Tapi, eit...tunggu dulu, Fahmi Aditya, nama itu tertulis terang di bawah surat yang kekurangan ide kata itu.
“Oh...my God! Inikan dari Kak Fahmy” pekik Gadis tak percaya. Gadis mendekatkan surat ke wajahnya, dibacanya kembali nama si pengirim surat. Memang benar dari dia, kakak kelas Gadis yang ketua osis, yang cakepnya bikin kelenger cewek-cewek seantreo sekolah, yang gayanya keren abis, jago cas...cis...cus...bahasa Inggris. Udah gitu vokalis band sekolah, yang...yang...,pokoknya banyak deh predikat untuk kakak satu ini. Ringkasnya Kak Fahmi To O Pe banget! Gadis mengucek-ngucek matanya tetap tak percaya, tapi nama si pengirim surat itu tidak berubah. Tetap saja Fahmi Aditya.
“Nggak salah nih, kok bisa?”, akhirnya hanya kata itu yang bisa keluar dari bibir mungilnya.
Pulang sekolah, Gadis berjalan dengan santainya, “ Oow...oow, bukannya itu Kak Fahmy, ngumpet ah!” belum sempat dirinya ngacir bersembunyi, Fahmi sudah memanggilnya.
“Gadis, tunggu!” Fahmy berlari-lari kecil menghampiri Gadis
“Sudah baca suratku, gimana Dis?”
“Surat yang mana? Oh...yang sampul pink itu, dari kakak yah? Duh, maaf kak Gadis belum baca, emang isinya apaan?” Gadis sok pensaran
“Ya...udah baca aja dulu, aku tunggu jawabannya ya!”
***
Minggu yang cerah, Gadis dikagetkan bunyi bel nyaring dan panjang. Ia sedang menonton kartun Inuyasha, kesukaannya. Dengan malas, Gadis membuka pintu. Seorang lelaki agak tua tersenyum ramah
“Betul disini rumah Gadis” tanyanya sopan
“Iya, saya sendiri”
Lelaki itu lalu memberikan buket bunga mawar merah, cantik sekali, wanginya membuat Gadis segera mencium rangkaian mawar itu. Gadis senang, seumur-umur baru kali ini diberi bunga. Tapi siapa lelaki tua yang memberinya bunga, kenal aja nggak. Jangan-jangan nih bapak, om-om genit. Hii!
“Saya hanya mengantar bunga ini. Tolong tanda tangani disini, sebagai bukti telah menerima” bapak tadi seolah mengetahui yang dipikirkan Gadis, jadi malu. Gadis beristigfar berulang-ulang karena telah bersuuzhon.
”Terima kasih, Pak” kata Gadis sebelum bapak itu berlalu.
Hai, ada kartu kecil warna biru laut, segera dibukanya.
“Met ULTAH, semoga panjang umur. Gadis, aku mau kamu tahu kalau diam-diam aku telah jatuh cinta sama kamu.”
“Haa...!” Gadis membelalakkan mata, demi membaca tulisan dari kartu tersebut.
“Apa-apaan nih, semua kok pada nembak” lirih hatinya mashgul.
Di sebelah kartu itu terdiri larik-larik puisi manis, sang penyair dadakan itu lumayan puitis. Dan Gadis lebih terbelalak lagi ketika menemukan nama si pengirim bunga plus puisinya, Doni! Cowok tercuek dikelasnya, yang katanya hatinya sedingin es untuk cewek.
Aduh…hari minggu yang cerah, Gadis malah bingung sendiri. Dalam 3 hari ditembak dua cowok. Apa nggak salah!. Memang sih, bukan maksud memuji diri sendiri, kata teman-teman dia cantik ditambah otaknya lumayan encer, tapi ditembak dua cowok sekaligus tidak pernah terbayang betapa ribetnya.
***
“Dis, aku mau ngomong penting nih, ada waktu nggak sekarang?” Andre mendekati Gadis usai bel tanda pulang berbunyi.
“Hal penting apaan sih! tapi cepat ya, soalnya takut jemputanku datang”
“Sebentar saja sepuluh menit. Ke kantin yuk!”
“Asyik…mau mentraktir nih. Wah, kalo gitu 30 menit juga boleh” ujar Gadis bercanda. Teman-teman se-gang Andre berdehem-dehem ria, pada TBC kali!
“Dis…” wajah intelek di depannya kok jadi gugup gitu.
“Kamu jangan marah ya, kalo aku…” kembali Andre memutuskan kalimatnya
Memang Andre salah apa? atau jangan-jangan dia yang pernah menaruh permen karet di bangkuku, hingga aku harus beli rok baru, atau dia yang diam-diam menyimpan kodok dalam tasku dua bulan yang lalu. Gadis main tebak-tebakan sendiri.
Andre memperbaiki duduknya, ditatapnya Gadis dengan mantap, Gadis jadi salah tingkah.
“Gadis, aku sayang kamu, suerrr disambar gledek…jangan marah ya”
Gadis diam bergeming. dia jadi benar-benar salah tingkah. Mau tersenyum salah, mau berdiri salah, mau nyanyi lebih salah lagi, pokoknya salah tingkah!
“Dis, aku mau dengar jawaban kamu”
“Andre, tolong kasih aku waktu buat mikir dulu!”
“Aku akan tunggu kamu sampai kapanpun, sampai bumi terbelah dua sekalipun!” Ceile…si Andre jadi puitis banget, atau malah norak banget ya!
Terus terang, Gadis simpatik pada Andre. Orang yang pertama kali membuat hatinya dak…dik…duk…bak beduk dipukul itu adalah sosok Andre. Andre tipe dia banget, intelek, berwawasan luas, bintang sekolah, berpandangan jauh kedepan, baik hati dan tidak sombong. Kalau kemudian Andre katakan cinta, bagai mendapat durian runtuh buat gadis, asal jangan nimpuk pas kepala aja! Bisa berdarah-darah tuh!
***
Seminggu ini, Gadis resah dan gelisah bila menuju sekolah. Masalahnya ketiga cowok keren itu pada memburu Gadis minta jawaban, untungnya bukan minta duit. Gadis jadi nggak tenang melangkah di setiap sudut sekolah. Ketiga cowok itu bak rentenir yang mengejar-ngejar minta melunasi utang dengan segera.
Minggu ini dia harus menentukan pilihan! Aduh… bingung, Gadis harus pilih yang mana. Pilih ketiga-tiganya tapi Gadis nggak mau dicap play girl’s. Kalau begini caranya, mesti shalat istikharah nih. Waduh! ada-ada saja si Gadis, masalah gini kok harus dibawa-bawa ke istikharah segala.
***

[+/-] Selengkapnya...

cerpen


Takuyo Ito
Oleh: Cheri Tarnad Prodigio
Kampus terlihat sepi, tak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Aku datang memulai semester begitu bersemangat sampai-sampai lupa waktu. Udara pagi masih menusuk-nusuk lewat kemeja cokelat yang kugunakan. Angin menggoyangkan pepohonan sehingga daunnya berguguran. Menyebalkan sekali rasanya menunggu terlalu lama.
Tanpa sengaja aku menoleh ke arah rektorat dan melihat sosok yang membawaku pada masa-masa SMA. Dulu aku berteman dekat dengan siswa pertukaran pelajar dari Jepang. Namanya Takuyo Ito. Takuyo tipe orang yang menurutku sangat aneh. Ia tidak suka datang ke pesta-pesta walaupun hanya ulang tahun. Ia menghabiskan waktunya di sungai dekat jembatan antar daerah untuk memancing dan membaca buku.
Awalnya aku mengira ia menderita minus karena selalu menggunakan kacamata. Mungkin terlalu banyak buku yang dibacanya. Ternyata salah besar, ia hanya melindungi matanya dari debu. Dan ia sama sekali tidak minus. Benar-benar aneh.
Pernah aku mengunjunginya seharian ketika hari libur. Aku mengikuti aktivitas rutinnya karena selama ini aku selalu penasaran apa yang selalu dilakukannya sehingga tampak sibuk. Pagi-pagi kami berlari di sekitar komplek sampai benar-benar berkeringat. Bersama-sama mengonsumsi jus wortel yang setiap hari ia minum. Rasanya aku mau muntah. Sebagai tuan rumah yang baik ia menyediakan sarapan. Di luar dugaan, yang tersedia di meja hanya susu, roti, selada dan buah-buahan. Aku tidak mendapati nasi sebiji pun.
Setelah berbenah membersihkan rumah kontrakan, kami ke sungai tempat yang biasa Takuyo datangi. Di tepi sungai yang terjal dan mudah longsor kami duduk beralaskan tikar rumput basah. Maklum semalaman hujan mengguyur bumi. Aku juga membawa pancingan ikan sendiri. Sebelumnya aku belum pernah menggunakan alat berkail tajam itu.
“Aughh…” Mata kail itu menusuk jempolku saat hendak memasang umpan.
“Hati-hati dong? Sini biar aku lepaskan.” Takuyo tanpa segan-segan menghisap darah yang lumayan banyak itu dan membuangnya ke sungai.
“Arigato gozaimasu ka.” Ujarku sok kejepang-jepangan. Ia hanya mengangguk sambil memasangkan umpan untukku. Ia pula yang mengajari melempar kail dan menariknya.
Beberapa menit Takuyo telah mendapatkan seekor ikan kepuyu besar. Tiga jam kami lewati ia tengah mengumpulkan sebakul besar ikan-ikan sungai. Ada kepuyu, mujair, pait, sepat dan nila sungai. Jangan ditanya, satupun aku belum berkontribusi ke dalam bakul itu. Takuyo tidak bosan-bosannya memasang umpan untukku ketika habis.
Matahari mulai meninggi, musik keroncong dalam perut tengah beraksi. Aku sudah meringis-ringis keperihan. Takuyo menyalahkan aku yang tidak sarapan tadi. Ia mengajakku mengakhiri perjuangan mendapatkan seekor ikan. Ikan besar yang bisa dibakar nantinya.
Kailku terasa sangat berat sampai-sampai tidak mampu terangkat. Setelah menghimpun cukup tenaga aku menariknya dengan kuat. Ikan besar dan panjang itu langsung menabrak tubuhku sendiri. Aku terkejut dan takut segera berlari menuju Takuyo memohon perlindungan. Ia mendekapku sambil tertawa. Aku masih takut melihat ikan itu dan enggan mendongakkan kepala yang berada dibalik dada Takuyo. Ternyata seekor gabus besar yang kukira ular. Aku jadi urung memakannya.
“Warga akan senang melihat pancinganmu, Dit.”
“Apa maksudmu?”
“Kita akan membagikan ini ke warga sepanjang sungai.”
“Apa?”
“Kamu mau memakannya?” Ledek Takuyo sambil menjulurkan ikan gabus itu ke arahku. Aku menghindar dan mengikutinya dari belakang sambil mencengkeram bajunya.
Aku baru tahu kalau selama ini pancingan Takuyo selalu dibagikan pada warga. Tadinya aku pikir kami bisa menikmati pancingan itu. Membakarnya di bawah pohon ketapang dan akasia. Melihat Takuyo datang anak-anak langsung mengerumuninya. Kuakui jika Takuyo jago memancing. Seorang anak tiba-tiba mendekat padaku. Pakaiannnya penuh debu dan kedodoran.
“Terima kasih ya kak, ikannya.”
“Aa…!” Anak itu memperlihatkan ikan pancinganku lagi. Bersamaan dengan itu aku menarik baju Takuyo. Kami kehilangan keseimbangan dan jatuh terhempas ke sungai.
“Takuyo…ngeh…ngeh aku gak bisa berenang!”
Dengan sigap ia menggapai tubuhku dan menggapit sampai tepi. Aku merasa sangat tidak enak. Setengah harinya menjadi kacau gara-gara aku. Anehnya ia tidak pernah marah padaku.
Setiba di rumahnya. Aku membersihkan diri dan mengenakan baju kaosnya. Sedang ia membuka sebuah kotak dan mengeluarkan benda kecil yang unik, biola. Alat musik yang sangat ingin kukuasai itu tengah dimainkan Takuyo penuh penghayatan. Ia harus merekamnya untuk dikirim ke Jepang secepatnya.
Berhari-hari aku melewati waktu bersama Takuyo. Aku mahir memancing dan bisa memainkan biola. Aku diajari bersepeda dan balapan dengannya. Aku juga sudah terbiasa mengonsumsi makanan aneh Takuyo. Kami selalu melakukan sesuatu bersama-sama termasuk tugas dan belajar kelompok. Teman-teman menganggap kami pacaran, pedahal aku sangat anti dengan pacaran.
Waktu pertukaran pelajar habis. Aku harus rela berpisah dengan teman sebaik Takuyo. Aku mengantarkannya sampai bandara. Ia meninggalkan biola kesayangannya untukku. Tiga hari kulewati berikutnya terasa hampa. Kini kusadari jika aku sangat membutuhkan Takuyo. Seandainya ia masih ada sampai hari kasih sayang aku mengharap sepotong cokelat darinya.
Sebelum terlambat tepat menjelang hari kasih sayang itu aku mengirim e-mail pada Takuyo. Aku mengatakan betapa aku merindukannya dan menyayanginya. Aku berharap di hari itu ia mau menerimaku. Tapi, bagai galaksi meledak di hatiku menghancurkan semua rasa indah ketika menerima balasannya.
Aku tidak pernah menduga kamu begitu menghargai hari kasih sayang yang jelas-jelas tidak memberi manfaat. Aku sangat kecewa Dit. Aku sangat membenci hari itu karena hanya mengajarkan pada generasi muda untuk bermalas-malasan. Kenapa setelah sekian lama, kamu menghubungiku ketika hari itu? Mungkin aku salah memilihmu Dit.
“Dit…Ditrola! Ditrola Putri! Ayo masuk!” Teriak Conza.
Matahari naik sepenggalan, dan aku masih terpaku di bangku depan jurusan. Conza menarik tas ransel dari tanganku dengan keras. Aku melonjak kaget segera menyusulnya. Hari ini dosen yang terkenal killer-nya akan masuk. Aku langsung berlari melewati beberapa mahasiswa yang juga tergesa-gesa. Tiba-tiba aku jatuh menabrak seseorang.
“Dit…Ditrola!” Teriak orang yang membantuku bangkit.
Aku menyempatkan untuk menengok sekilas melihat orang tersebut karena baru kusadari suara itu sangat kukenal. Dan Takuyo…Kaukah itu? Maafkan aku. Aku tidak mengindahkannya terus berlari mengejar waktu. Jika telat bisa-bisa tidak dimasukkan. Dan image awal yang buruk merupakan sesuatu yang merusak karirku. Oh tidak…

[+/-] Selengkapnya...

Rabu, 04 Maret 2009

mereka pun berkata

PERJALANAN YANG TERSANDUNG

Sebuah langkah takkan pernah mulus menjangkau tujuannya, begitu pula kepak sayap BEE semakin tinggi menatap dunia. keteguhan dan keberanian dibangun pada dasar kemauan yang besar membawa BEE ke sebuah perjalanan yang mendengar apa kata orang disekitarnya.
berbagai komentar sebagai sebuah batu loncatan ke kematangan berpikir pun muncul. Terimakasih kepada mereka yang telah memberi kritik dan saran. Insya Allah BEE akan berbenah di edisi kedua yang sedang digarap sekarang. Semoga lebih baik dan lebih bermanfaat.

[+/-] Selengkapnya...

Minggu, 15 Februari 2009

adisi perdana

SUKA DUKA PENERBITAN EDISI PERDANA
Gila... benar-benar gila. tau nggak BEE sangat nakal, karena nakalnya kami para redaksi harus rela kehilangan waktu tidur, santai bahkan waktu belajar kami demi membenah si BEE. semalaman kami tidak tidur untuk merampungkannya semoga BEE bisa terbang jauh membawa pesan perubahan dan kami bisa meraih sukses bersama BEE.
BEE, sungguh kami rela berkorban materi, waktu dan kesenangan karenamu. Semoga pengorbanan ini bisa kamu hargai wahai BEE yang manis.

[+/-] Selengkapnya...

Senin, 05 Januari 2009

salam

salam termanis dari BEE

Kasih
Gunung tertinggi setelah Himalaya
adalah rinduku pada cahaya ibu

Dan rinduku padamu hai..sahabat
setinggi gunung fuji

[+/-] Selengkapnya...